Paprika (2006) – Batas Antara Mimpi dan Realita yang Kabur beserta Kegilaan di Dalamnya

Sepertinya masih cukup banyak orang di luar sana yang menganggap bahwa kartun/anime hanyalah konsumsi anak-anak. Sebenarnya tidak juga. Sudah cukup banyak film animasi (khususnya produksi Jepang) yang menyoroti sisi dunia dewasa sebagai fokus utama cerita. Animasi hanyalah kanvas bagi insan perfilman untuk menumpahruahkan ekspresi mereka. Sama seperti lensa kamera film ataupun lainnya. Jadi, animasi tidak melulu untuk anak-anak karena hampir seluruh animator adalah orang dewasa dengan pikiran dan imajinasi yang dewasa pula. Mereka hanya memilih animasi sebagai wadah kreasi. Contoh terbaik dari animasi-animasi ini adalah film anime produksi Ghibli. Tak terbatas hanya di Ghibli, satu film animasi ini, Paprika, sekali lagi menjadi bukti bahwa film animasi juga bisa memiliki ide cerita yang brilian, alur yang kompleks, serta memerlukan nalar berat untuk sekedar mencerna jalan ceritanya secara umum

Ah. Entah harus dari mana untuk mengopinikan Paprika. Dalam satu kalimat, Paprika adalah anime yang penuh dengan kegilaan. Kegilaan dalam arti yang positif.

paprika_poster
Film dibuka dengan adegan di suatu sirkus. Seorang badut muncul dari dalam mobil kecilnya kemudian membuka pertunjukan. Layaknya sirkus yang kita tahu, ia begitu meriah dengan warna merah menyala di mana-mana lengkap dengan lampu sorot yang berulang kali berganti fokus. Musik khas sirkus yang membahana menjadi pengiring masuknya aktor-aktor sirkus seperti gajah serta pawangnya, badut-badut yang cerah (seram sekali!), badut-badut binatang, manusia penyembur api, bahkan sampai singa yang melompati ring api. Acara demi acara sirkus pun dilangsungkan. Penonton yang ramai tampak takjub dan menikmati pertunjukan sirkus

Di antara penonton itu, kita diperkenalkan pada Detektif Konakawa, seorang insperkur kepolisian yang sedang mencari seorang kriminal di tengah sirkus. Ia tampak begitu serius menjalankan tugasnya dari tribun penonton. Di tengah pengintaian Konakawa, tiba-tiba lampu sorot sirkus mengarah padanya. Dan sesuai arahan dari pesulap sirkus, dalam sekejap mata Konakawa berpindah dari tribun penonton ke dalam kandang besi yang ada di tengah sirkus, layaknya binatang buas yang dikurung. Konakawa yang kaget karena tiba-tiba berpindah tempat berusaha mencerna situasi sementara penonton bertepuk tangan karena hebatnya sulap berpindah tempat itu. Kemudian kegilaan bermula. Kerumunan orang lalu berlari ke arahnya seakan hendak menyergapnya yang terkurung dalam kandang. Anehnya, kerumunan orang (termasuk perempuan dan anak-anak) yang menyerbu berwajah sama sepertinya. Konakawa yang ketakutan tersudut dalam kandang sambil sebisa mungkin menghindari gapaian tangan orang-orang berwajah sama itu.

paprika2paprika1paprika3

Belakangan diketahui bahwa semua adegan itu hanya ada dalam mimpi Detektif Konakawa. Mimpi buruk lebih tepatnya. Dan sang sutradara berhasil menularkan rasa takut yang dirasakan Konakawa kepada semua penontonnya agar ikut merasakan takut. Traumatis. Adegan ini sulit sekali dilupakan

Detektif Konakawa dan mimpi buruknya cuma sebagian kecil dari semesta film Paprika. Secara keseluruhan, cerita Paprika mengorbit pada suatu alat bernama DC Mini, alat medis yang membuat kita dapat melihat mimpi seseorang sekaligus masuk ke dalamnya. DC Mini diciptakan sebagai bentuk terbaru pengobatan psikoterapi, misalnya dengan melihat mimpi buruk, kita dapat mengetahui sumber masalah psikologis seseorang. Pengobatan dengan DC Mini ini masih bersifat prototipe alias belum sempurna.

Meski belum sempurna, pengembang DC Mini, dr. Atsuko Chiba dan tim, secara diam-diam mulai menggunakan alat itu untuk mengobati pasien yang terganggu kondisi kejiwaannya. Detektif Konakawa adalah salah satu pasien tersebut. Ia memiliki masa lalu yang traumatis dan belakangan merasa keadaan psikologisnya semakin memburuk. dr. Atsuko Chiba masuk ke dalam mimpi Konakawa untuk berkonsultasi menyelasaikan masalah sang inspektur polisi

Suatu hari, alat DC Mini tersebut dicuri seseorang. Pencurinya menyebabkan kekacauan dengan memasuki mimpi banyak orang sekaligus membuat orang tersebut menjadi gila. Yang lebih parah, DC Mini yang belum stabil dapat merusak batas imajiner antara mimpi dan dunia nyata. Bisa ditebak bagaimana akhirnya jika mimpi dan dunia nyata tersebut saling bertubrukan satu sama lain. Kiamat menunggu mereka apabila pencurinya tidak ditemukan. Oleh karena itu, dr. Atsuko Chiba, timnya, dan juga karakter utama kita Paprika yang memesona (karakter reinkarnasi Chiba dalam dunia mimpi), saling bekerja sama menghentikan kekacauan yang diakibatkan pencuri itu sekaligus menjaga perdamaian dunia.

Bagaimana? Jauh dari kata masuk akal bukan? Pada dasarnya ini adalah film yang menceritakan dunia mimpi. Jelas sekali absurditas yang tersaji dalam setiap detik filmnya. Namun anehnya, semua terasa menarik. Kombinasi antara momen surreal dan warna-warni animasi yang meledak-ledak begitu memanjakan mata. Serasa menonton kembang api sambil melayang di luar angkasa. Memusingkan, tapi indahnya tertangkap oleh indra visual kita

Sisi keindahan lain film ini adalah bagaimana ia berpindah dari satu jenis mimpi ke mimpi lainnya. Paprika yang bertualang dalam dunia mimpi sendiri bermetamorfosa seiring ia yang memasuki dunia mimpi berbeda, mulai dari badut ceria, peri imut seimut Tinker Bell, putri duyung, boneka perempuan, bahkan sampai Sun Go Kong. Saat kita merasa perjalanan mimpinya sudah begitu aneh, adegan berikutnya akan menjadi lebih aneh. Di situlah bagian memikatnya.

paprika4.JPG
Disturbing!

Satu aspek dari Paprika yang membuat kagum adalah bagaimana saya bisa merasa amat “terganggu” menontonnya. Mungkin karena film ini tergolong dalam genre psikologis, yang dengan menontonnya kita merasa jiwa kita seakan ikut diaduk-aduk hingga terasa gila. Ya. Gila. Beberapa adegan seperti ketika banyak boneka perempuan yang tiba-tiba berbicara sambil menggetarkan kepalanya, mimpi Konakawa yang terlewat absurd, dan yang paling mengernyitkan dahi, parade makhaluk-makhluk eksentrik nan ganjil, berada pada tingkat abnormalitas tertinggi. Terlalu gila. Belum lagi dengan musik pengiring synth-pop yang punya nuansa avant-grande yang menjadikannya beda tipis dengan horror. Entah harus bilang apa lagi. Bahkan dengan film saja dapat merasa begitu terpengaruhnya

Sang sutradara, Satoshi Kon, sudah terlalu kreatif. Ia membawa adegan-adegan surreal ke level atas yang anehnya malah menjadi sisi menariknya. Oh ya, sebagai informasi, Inception karya Nolan disebut-sebut mengambil Paprika sebagai sumber inspirasi lho. Tau kan Inception? Cerita tentang mimpi dalam mimpi itu. Tak heran kedua film ini memiliki aura yang sama. Kalau kamu suka Inception, mungkin kamu juga akan menyukai ini.

Menonton Paprika bagaikan menaik roller coaster lintas dimensi. Tak terduga, absurd, sekaligus mengocok nalar dan pikiran kita. Kegilaan yang dihasilkannya bertubrukan dengan kegilaan-kegilaan tak terpikirkan lainnya yang menjadikan Paprika satu sajian film yang tak ada duanya

Direkomendasikan untuk:
Penikmat anime. Seseorang yang sudah matang jiwa dan pikirannya karena kompleksitas jalan cerita. Atau orang yang merasa hidupnya terlalu normal dan butuh sedikit kegilaan dalam hidupnya 🙂

 

28 thoughts on “Paprika (2006) – Batas Antara Mimpi dan Realita yang Kabur beserta Kegilaan di Dalamnya

  1. Dulu pas jaman kuliah, temenku tuh naruto/one piece (kalo gak salah) sampai bener-bener ditunggu updatean komiknya. Nah aku coba tuh, ngopi seri-seri naruto sampai lengkap. Berharap suka baca dan bisa nyambung kalo temen kamarku ngajak ngobrol. Tapi apa daya del, belum tergerak. hehehe 🙂

    Like

    1. Selepas nonton Paprika, aku langsung nyari tahu film lainnya garapan si sutradara. Nemu deh tu nama Perfect Blue. Tapi pas nonton trailernya, langsung pengen bilang “Oh… kayaknya cukup sampai di sini deh” Hahaha

      Perfect Blue kayaknya terlalu berat. Nggak suka aja ngeliat scene psikologis disturbing yang kayaknya (lagi-lagi kayaknya -_-) jauh lebih intens dibanding Paprika

      Like

      1. Nek mnurutku ga sbrp disturbing sih, ceritanya asik diikutin tbh aku jd ngebayangin perasaan mantan idol yg pada jd model gravure dan yg lebih seronok lg. Nonton sjjjjjjjjj tida seberapa disturbing ko. Yang disturbing mah uzumaki wkwkwkwk

        Liked by 1 person

    1. Tetooottt… Banyak loh mbak kartun yang bukannya untuk anak-anak, tapi malah fokus audiensnya ke orang dewasa. Kita sebagai orang tua jadi kudu ekstra mengawasi tontonan anak

      Like

  2. Saya termasuk penggemar anyar arya Ghibli (kemane aje lu?), dan sampai saat ini emang sering ngerasa karya-karyanya aneh dan kadang disturbing haha.
    Dan barusan lihat screencap nya rasanya udah cukup tau se-disturbing apa filmnya. Kapan-kapan deh nontonnya kalau siap hati dan otak haha.
    Btw makasih udah di review-in, kapan-kapan review film lain lagi saya siap baca ^^
    Salam kenal dari Solo ^^

    Like

  3. Sureal yang apik dalam meramu ‘[inner-self] horror’ dengan ‘having fun’. Satu-satunya yang mengganjal (menyebalkan) buat saya secara pribadi adalah, masa-masa itu sepertinya [film] ‘Jepang’ belum bisa lepas dari ‘kruwel-kruwel wajib’ ala belalai gurita itu 🙂

    Like

Leave a comment