Malam Minggu via Suara

Dahulu sebelum menikah, malam mingguan saya dan Ziza tak pernah jauh dari hape. Maklum LDR-an. Pacaran ala kami adalah pacaran ghaib lewat hape.

Dan ternyata, setelah menikah pun tak terlalu berbeda. Malam minggu kami tetap tak berjauhan dari hape. Tetap diisi dengan suara-suara, berbicara dengan orang yang kami cinta. Jika dulu orang yang kami cintai itu saya-Ziza, maka sekarang sedikit berbeda. Ada suara ibu kami (yang tentunya teramat kami cintai) yang tersambung tiap malam minggu.

Karena tak bisa tatap muka, menjaga komunikasi sebisa mungkin dengan orang tua adalah kunci agar silaturahmi terus terjalin. Salah satu cara yang kami lakukan dengan menelepon secara rutin. Minimal seminggu sekali. Biasanya malam hari di akhir minggu, seperti malam ini.

Entah alurnya ibu saya dulu lalu ibu Ziza, maupun sebaliknya, saya menemukan persamaan antara menelepon ibu saya ataupun ibu ziza. Yaitu ibu kami selalu punya bahan untuk diceritakan.

Tempo hari bercerita tentang ayahnya si B yang baru saja meninggal dunia, yang mana B ini adalah temannya adik Ziza. Pernah juga diceritakan ke kami bagaimana ayah saya terjatuh lalu tertimpa tangga, yang kemudian dikomentari adik dengan, “baru kali ini ngeliat beneran orang habis jatuh ketimpa tangga.” Dan cerita manapun yang dikisahkan oleh ibu kami, ada suara syahdu, ada tawa hangat, ada perempuan yang kami rindukan nun jauh di sana.

Malam minggu kami tak pernah terlalu berubah. Selalu terselip rindu terpendam.

3 thoughts on “Malam Minggu via Suara

    1. Iya mbak alhamdulillah. Selama masih diberi kesempatan buat berbakti langsung jangan sampai disia-siakan

      Ikut sumbang Al-Fatihah buat ibunda mbak amijasmine 🤲🏼

      Liked by 1 person

  1. Baru baca paragraph pertama udah ambyar akuuu…
    Apalah daya aku yg singel woman ini…
    Malam minggunya diisi dengan nungguin drama korea bar bar tayang aja…
    Huuft…

    Like

Leave a comment