Lamar (Monolog Mode)

Apa pantun sudah sebegitu kunonya hingga aku ditolak? Tidak, tidak. Sekalipun dianggap usang, melamar dengan pantun adalah ide brilian. Aku hanya kaget ayahnya juga mampu berpantun. Mungkin lain kali aku akan menyiapkan pantun yang lebih sulit dibalas hmm. Untuk sekarang, sebaiknya kukejar kereta yang akan berangkat sebentar lagi.

Kupikir, mencari jodoh layaknya kita melakukan perjalanan kereta. Perempuan tercinta kita, atau katakanlah jodoh, adalah stasiun tujuan tempat kita turun. Stasiun lain hanya pemeran pembantu semata

Bisa jadi kita singgah di stasiun tertentu. Tetapi jangan berlama-lama, harus melanjutkan perjalanan ke arah stasiun yang kita tuju. Karena hanya di sanalah pemberhentian kita yang sesungguhnya

Atau mungkin bisa jadi kita terlewat dari stasiun tujuan. Jika begitu, cepatlah sadar. Turun di stasiun terdekat, tunggu, dan naik kereta ke arah sebaliknya. Jangan memaksakan meneruskan perjalanan kalau memang sudah seharusnya kita berhenti

Aku cukup yakin kita punya cara sendiri untuk menentukan stasiun pemberhentian kita. Barangkali karena memang di sanalah tempat kita berpulang. Barangkali hanya di sanalah kita merasa nyaman. Barangkali ada sesuatu di stasiun itu yang tak kita mengerti, yang entah mengapa karenanya kita merasa yakin untuk menhentikan perjalanan kita dan menetap di sana. Dalam kasusku, aku sudah mengerti betul harus berhenti di mana.

Aku terpaksa melewatkan stasiunku sekali. Menurutmu apa lagi yang akan kulakukan selanjutnya?


Siapa sangka akan ada sambungan dari tulisan Lamar (Pantun Mode). Itu adalah pantun yang sangat maksa alias failed, tetapi entah bagaimana saya suka. Sampai (tanpa sadar) dibikin sambungannya bahaha.

18 thoughts on “Lamar (Monolog Mode)

  1. Ikan basi dibikin prekedel
    Hati-hati di jalan Fadel

    (*jangan lupa tunjukkan tiket saat naek kreta, jangan mau jadi penumpang gelap. Berat) 😂

    Liked by 1 person

  2. Wkwkwkwk sangat menarik.
    Let me guess.

    Dari kalimat:
    ‘Ku terpaksa melewatkan stasiunku sekali’

    Sepertinya, makna dari pantun ini menyiratkan…. ‘adik tingkat'(?)

    *kabuurrr*

    Liked by 1 person

Leave a comment