“Del, ayo pergi makan!” kata seorang kawan
“Ayok. Ke mana?”
“Warteglah. Haha”
Yah, kurang lebih begitulah rutinitas tiap kali pergi makan. Sebenarnya jarang mengajak/diajak pergi makan kalau cuma ke warteg. Hmm… pergi makan. Mungkin cuma anak kos yang sering menggunakan frasa ini. Pergi makan. Orang biasa cukup mengatakan “makan” kalau memang mau makan. Anak kos? Seringnya harus “pergi” dulu baru bisa makan. Entah itu ke warteg, pasar, rumah makan, warung kelontong, mini market, kos temen, atau tukang cilok.
Warteg menjadi tempat saya bernaung kala perut lapar sejak beberapa tahun terakhir. Tak memandang tebal-tipis dompet, saya pasti datang ke warteg. Asal perut sudah mengaum ganas, warteg pasti terlintas dalam pikiran. Bisa dibilang, saya sudah hafal dengan menu-menu wajib pada warteg karena sudah sering melakukan santunan.
Berdasarkan observasi saya, beberapa menu berikut hampir tidak pernah titip absen untuk mewarnai tabula rasa warteg:
1. Telur dadar
Personal’s favorite. Salah satu yang paling sering dipesan kalau makan warteg. Biasa dilafalkan ‘telor dadar’ atau cukup ‘dadar’, menu ini terkenal karena cukup murah namun juga enak. Suatu kombinasi yang sempurna. Ditambah lagi, harganya yang lebih membumi dibanding ayam (ayah-ibunya telur dadar) atau ikan menjadikan telur dadar pilihan yang bagus untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
Saya tidak mengerti mengapa telur dadar di warteg bisa enak banget. Greasy-feel dan kegurihannya itu juara. Biasanya di dalam telur dadarnya itu dikasih potongan sayur yang entah bagaimana menjadikan telur dadar lebih nikmat. Hmm.
Namun ada pula warteg yang telur dadarnya dikasih tepung. Dengan mencampur tepung, jumlah telur dadar yang dihasilkan menjadi lebih banyak karena telur telur tersebut semakin tebal. Pihak warteg pun bisa lebih hemat pengeluarannya. Menurut saya warteg yang melakukan ini jahat :((
2. Telur rebus
Saudaranya telur dadar. Masih satu ayah-ibu. Meskipun masih memiliki hubungan kekeluargaan, telur dadar dan telur rebus sangat berlainan, baik secara fisik maupun rasa. Ini dikarenakan cara asuh (atau cara masak) mereka yang berbeda. Telur rebus sendiri sering disebut ‘telor bulet’ karena bentuknya yang mendekati bulat.
Warteg biasanya menyajikan telur rebus balado atau artinya telur yang sudah direbus itu dimandikan/diberenangkan bersama cabe. Putih telur yang kenyal dan kuning telur yang mellow cocok sekali dengan rasa pedas-asin dari kuah cabe.
3. Sayur sop
Untuk sebagian orang Indonesia, makan nasi dengan sayur dan kuah adalah satu hal yang wajib. Dan di antara berbagai mecam sayur yang disajikan di warteg, nama sayur soplah yang paling sering muncul. Sayur sop adalah sop tanpa daging. Hanya sayur-sayuran. Hmm… oke
Sayuran yang biasanya ada dalam sayur sop adalah wortel, kentang (entah ini sayuran atau bukan), tomat, kol/kubis, dan daun bawang. Bersama itu, karena tidak ada ayam atau ayamnya cuma secuil, cita rasa kaldu dalam bentuk sachetan turut ditambahkan. Jadilah sayur sop yang asin-asin-enak ala micin
Sejujurnya saya jarang memesan sayur sop. Alasan: biasanya kalau minta sayur sop, jauh lebih banyak dikasih kuah sopnya dibanding sayurnya itu sendiri. Sayurnya sedikit. Sedih.
4. Orek tempe
Saya tidak tahu penulisan benarnya, apa ‘orek’ atau ‘oreg’. Yang jelas bacanya ‘orect’. Tanpa qalqalah.
Dengan telur dadar, ini menu yang paling sering saya pesan. Orek tempe adalah istilah untuk oseng-osengan tempe atau tempe yang digoreng tumis bersama rempa-rempah. Katakanlah cabai merah dan hijau, bawang, dan bumbu-bumbu lainnya seperti kecap (esensial). Perpaduan rasa yang diciptakan adalah contoh sempurna dari harmonisasi kuliner. Apalagi kalau disajikan panas.
Orek tempe terbagi menjadi 2 macam, orek basah dan orek kering. Orek basah berarti becek. Orek kering berarti nggak becek. Udah gitu aja.
5. Kentang balado
Kentang balado menambah panjang list menu yang penampilannya berwarna merah cabe. Kentang balado sendiri adalah kentang yang dipotong kotak-kotak (kadang bentuknya trapesium, kadang limas) lalu ditumis dengan cabe. Rasanya enak. Rasa kentang yang dasarnya sedikit manis berselaras dengan pedas cabe. Hmm
Meski begitu, saya jarang memesan menu ini. Alasan: kentang adalah karbohidrat. Nasi juga karbohidrat. Masa’ karbohidrat lauk karbohidrat. Itu sama seperti makan nasi lauknya singkong. Mie pengecualian ya ehehe
6. Mie goreng
Lauk lain yang dasarnya karbo. Tapi karena enak, kadang saya memesannya. Orang Indonesia pasti sudah pernah merasakan enaknya mie goreng. Jadi tak perlulah saya jelaskan lebih lanjut. Yang jelas, mie goreng dan sebangsanya sudah kayak putaw. Menyebabkan ketergantungan hingga nyaris sakaw
7. Gorengan
Kurang lebih sama dengan gorengan yang dijual aban-abang gorengan pinggir jalan. Hanya saja, gorengan dalam warteg koleksinya lebih sedikit. Biasanya cuma ada bakwan atau weci, tempe goreng, dan tahu goreng. Rasanya pas banget dimakan sama nasi berkuah
Selain gorengan yang bertepung, tempe dan tahu goreng yang plain juga menjadi menu wajib warteg.
8. Ayam dan ikan goreng
Menu ini saya jadikan satu karena esensinya mirip-mirip, yaitu bagian tubuh hewan yang diberi bumbu sedikit lalu digoreng. Hasilnya sederhana. Namun soal rasa, bisa dibilang ini menu favorit orang-orang. Yah, namanya juga ayam dan ikan. Sudah pasti digemari. Selain itu dari sisi gizi, protein yang dihasilkan dari menu daging-dagingan adalah yang paling banyak. Makanya bisa lebih puas dan kenyang
9. Kerupuk
Pihak warteg sadar, beberapa orang nggak ngerasa makan kalau tanpa kerupuk. Oleh karena itu mereka menyediakan berbagai macam kerupuk. Mulai dari kerupuk tepung kanji, kerupuk yang modelnya panjang-panjang, kerupuk jengkol (harganya mahal), dan yang paling terkenal, kerupuk bawang dalam kotak seng biru. Kira-kira mengapa kotak kerupuk di mana-mana bentuknya sama ya hmm
10. Pisang
Satu-satunya menu buah dalam warteg. Cara penyajiannyapun unik, yaitu digantung, serupa dengan kerupuk. Pisang yang manis menjadi teman cocok untuk mulut setelah sebelumnya menyantap makanan gurih-asin.
Saya rasa selain alasan cocoknya pisang seusai makan, alasan dipilihnya buah ini untuk warteg adalah karena harganya yang murah. Selain itu, pisang juga praktis. Tidak sulit membuka kulit pisang dan sampahnya bisa dibuang di atas piring setelah makan. Saya membayangkan entah bagaimana jadinya buah yang digantung di warteg bukan pisang. Semangka utuh misalnya. Pasti sulit sekali memakannya
Nah itu dia menu-emnu yang umumnya ada di warteg. Mungkin termasuk menu wajib ya hmm
Honorable mentions: terong dicabein, teri kacang, tumis kankung, tumis kacang panjang, sayur asem, jengkol, jamur, ati-usus, dan pare (eww… pait)
Lumayan menghemat kalau makan di warteg. 😁
LikeLike
Yak setuju. Tapi bagi saya, warteg tidak sekadar menghemat. Warteg adalah gaya hidup HAHAHA
LikeLiked by 1 person
hahaha. hidup warteg
LikeLike
Aku biasanya kalau ga perkedel kentang/jagung sih dan menu2 d atas juga sangaaaat familiar buatku haha
LikeLiked by 1 person
Perkedel, maafkan daku membiaskanmu. Seharusnya ditulis :”)
Hidup makanan anak rantau! *tos
LikeLiked by 1 person
Sangad familiar dan selalu itu itu aja yg kupesan :”) hahaha
Tp seenak enaknya warteg, masih enak masakan ibu wqwqwq
LikeLiked by 1 person
Haha, durhaka kalau bilang masakan ibu sendiri gak enak.. XD
Meski bisa aja sih kejadian, wong perempuan sekarang aja banyak yang gak bisa masak.. #eh #wkwk
LikeLiked by 1 person
Hahahaha bener juga mas
tapi, bisa atau tidak bisa, masakan mereka pasti dibubuhi bumbu cinta ❤
LikeLiked by 1 person
Etete haha bisa aja ibu doi enak, ibu tetangga enak, atau ibu teman wkwk judulnya kan tetap ibu😂😂
LikeLiked by 1 person
Ibu-ibu warteg juga bisa dong, haha..
LikeLiked by 1 person
Sampai lupa kalau yg di warteg itu juga “ibu” hahaha
LikeLiked by 1 person
Setuju! Meski sebenarnya belum pernah nyobain masakan ibu kamu :”))
LikeLiked by 1 person
WKWKWK
Pengen ngegombal tp nanti ditimpukin netijen
LikeLiked by 1 person
Ha ha mbaca ini sambil mbayangin warteg deket kampus. Iya familiar banget ~~~
Dan kalau di warteg, aku pesennya monoton terus : telur dadar, tempe balado, terong dicabein 💕 padahal aku nggak suka terong ha ha. Temen-temenku sampai heran “Musda nggak suka terong tapi pesennya terong terus” — “Iya, habis aku suka cabe-cabeannya 🤣
LikeLiked by 1 person
Terus terongnya dimakan gak? Kalau saya mah salah satu makanan kesukaan emang terong balado..
LikeLike
Tetep nggak aku makan terongnya, cuman aku sisihkan. Soalnya cuman suka sama bumbu2 cabenya aja ha ha
LikeLiked by 1 person
Wah, mubazir dong.. 😥
LikeLiked by 1 person
Wkwk semoga saja orang wartegnya punya kebiasaan ngabisin makanan yang nggak habis oleh pelanggan
Btw bang yusuf blognya gantikah? Kalau diklik nama yang sekarang jatuhnya ke blog yang lama, yang postingan tanggal 17 agustus 2017
LikeLiked by 1 person
Kayaknya jarang deh ada warteg yang kayak gitu.. Kalau suka manga One Piece (minimal tahu), itu tuh Sanji yang suka ngabisin makanan para konsumen di restoran lamanya..
Aduh Mas Fadel emang bisa banget dah nyindirnya.. Saya emang udah lama banget gak update blog, wkwk.. :’D
LikeLiked by 1 person
Wkwk bisa-bisanya inget Sanji. Saya koleksi komik One Piece dari vol. 1 sampai yang sekarang. Jadi cocoklah kita 👍🏼
Sama sekali tidak berniat tuk menyindir bang. Karena sudah blogwalking, saya kira sudah update blog dan ganti blog baru, tapi link blog di gravatarnya masih belum update. Semangat bang! Inspirasi memang suka gitu kalau ngilang 😂
LikeLiked by 1 person
Tenang, ada Sanji versi Jawa yang bakal ngabisin itu makanan 😃.
#ngikutbawa2Sanji
LikeLiked by 2 people
Suka cabe-cabeannya :”)
Wkwkwk ngerti. Rasanya bumbu cabe dari terong itu punya cita rasa yang beda. Enak~
LikeLiked by 1 person
A ha ha ✌
Betul sekali, patut dipertahankan cita rasanya~
LikeLiked by 1 person
Iya musda. Sampai komen 2x 😅😂
LikeLike
Favorit semua tuh yang udah disebutin. Apalagi oseng tempe.
Btw, telur dadar kalau dikasih tepung malah lebih enak loh. Yang jual nggak jahat, Mas. Cuma menerapkan prinsip ekonomi dan menambah cita rasa, biar rasa dadarnya nggak gitu-gitu aja wkwk
LikeLiked by 1 person
Salam oseng tempe! HAHA! Baru di sini bilang oseng tempe ‘orect tempe’
Oh begitukah? Tebel-tebel gimana gitu yak hahaha
LikeLike
Orect tempe terlihat lebih gaul. Ku jadi ingin mempopulerkannya di lingkunganku~~
Betul banget, Mas. Mantep lah di perut. Kenyangnya lebih tahan lama, hahaha
LikeLiked by 1 person
betull
LikeLiked by 1 person
apanya yang betul bang 🤣
LikeLike
Warteg nya besar yaa… kalau warteg yang kecil nggak jual menu sebanyak itu sepertinya Mas..
Btw, disini dijogja jarang ada warteg, adanya burjo, sebenarnya sama saja dengan warteg hanya saja dibuat lebih modern dan tempatnya dibuat lebih nyaman untuk anak muda.
Soal harga sepertinya jangan ditanya warteg & burjo bersahabat bagi kantong-kantong mahasiswa dan karyawan😁
LikeLiked by 1 person
Burjo! Meskipun sudah beberapa kali ke Jogja, baru pernah sekali makan di burjo wkwk. Saking awamnya sama tempat makan itu, kirain menu yang ada cuma bubur kacang ijo -,-
Oh ya, di Jakarta walaupun itungannya tempat makan kelas bawah, beberapa warteg bisa jadi terkenal karena kelezatan makanannya. Bahkan sampai jadi langganan artis-artis! Temen saya pernah makan di warteg, terus datang Yuki Kato mau makan di sana juga wkwk. Jadi bisa dibilang sudah modern. Tak melulu kumuh nan tradisional
LikeLike
Lagi makan kedatangan artis? Kalau saya pasti langsung kaget😆
Mungkin karena saya belum pernah menjumpai warteg yang bagus kali ya, jadi sepemahaman saya warteg itu tradisional, Hehe, Maafkeun. Maklum jarang piknik 🤦♀️
LikeLike
Di daerah (mantan) kampusku dulu warteg baru ada pertama berdiri sekitar tahun 2011/12an. Dan itu besar banget, rame banget. Sudah besar, murah dan menunya macam2. Mendukung kehidupan mahasiswa banget pokoknya. 😍
semua menu -menu itu ada..
Sayur favorit adalah jamur. Dan balado kentang.
Sekarang warteg sudah menjamur di daerah2 kampus.. kecuali ditempat kerjaku, entah kenapa g ada. Mungkin karena daerah perkantoran.. bkan kampus.. ah jd kangen.😂
LikeLiked by 1 person
Wkwkwk… warteg memang sangat mendukung kehidupan mahasiswa. Bahkan beberapa mahasiswa menjadikan warteg fondasi finansial untuk asupan gizi sehari-hari
Di Jakarta walaupun di daerah perkantoran, ada aja nyelip warteg di antara gang gang wkwk. Cus main lagi ke sukolilo kalau kangen!
LikeLiked by 1 person
Hidup warteg 😀
Iya Del, sepertinya aku perlu main ke sana. 😀
LikeLike
Aer putih and es teh manis ga ditaroh? Hahahaha
LikeLike
Mungkin karena itu tersedia hampir di semua tipe rumah makan jadi gak dimasukkan, haha..
LikeLike
Hahahaha… seret yak
LikeLike
Soalnya menu2 tsb yg relatif mudah dibuat dalam waktu yg singkat.. hehehe..
LikeLike
salam kenal ya 🙂
ngeliat makanan itu jadi laper, iye beneran, makanan warteg banget.
LikeLiked by 1 person
Salam!
Cus langsung delivery wartegnya ehehe
LikeLiked by 1 person
Hahahha kapan2 aja deh, pas lagi mau, :))
LikeLiked by 1 person
Oh ya, ternyata kamu dari Aceh ya?
Di sana ada/banyak warteg nggak?
LikeLiked by 1 person
Banyak, apalagi tempat jualan sate, wuih, dimana2 ada
LikeLiked by 1 person
Wkwkwk di Aceh pun banyak
Bener2 McDonald aseli Nusantara
LikeLiked by 1 person
Hahaha, iyalah, kapan2 ke aceh kalau bgtu,
LikeLike
Konon katanya disini teknologi touch screen bermula. 🙄
LikeLiked by 1 person
Ya… warisan legendaris
LikeLike
Favorit sih telor, sm tahu bali, dikasih lodeh, ditambhin krupuk sm sambal, kaaaaaaaan pgi pgi jd pgn mkaan 😥
LikeLiked by 1 person
Ya makan to mbak -_-
Mas patjarrr…. Kununya mau makaaaan
LikeLike
Warteg terfavorit karena serba touchscreen 😁
LikeLiked by 1 person
Yup. Touchscreen with voice-activated menu (y)
LikeLike
telur dadar paling mantap kak
LikeLiked by 1 person
All hail scrambled egg!
LikeLike
Oemji aku jadi laparr
LikeLiked by 1 person
Warteg selalu siap sedia mengobati lapar ehehe
LikeLike
A ha ha✌
Betul sekali, patut dipertahankan cita rasanya ~
LikeLiked by 2 people
Ndok dadar memang the best. Mau beli di warteg, burjo maupun warung nasi padang, semuanya oke. Yaah, ada kelebihan dan kekurangan masing-masing laa. Tapi, intinya enak. Hidup protein hewani!
Uwaa~! Baru main2 lagi ke sini hehe 🍳
LikeLiked by 1 person
Eh iya juga ya. Beda wujud lahiriah ndog dadar di warteg, burjo, dan rm padang. Tapi semuanya mantaph hahaha. Setuju!
Iya kak. Kedatangannya sudah dinanti ehehe. Siap2 dikunjungi balik 😉
LikeLiked by 1 person
nice blog, ijin bw dan follow yah, folbek blog juga yyo hihihi 😀
LikeLiked by 1 person
Silakan ndi… pintu silaturahim terbuka lebar 🙂
LikeLiked by 1 person
siaaapp terimakasihhh…
LikeLike
Saya tidak tahu penulisan benarnya, apa ‘orek’ atau ‘oreg’. Yang jelas bacanya ‘orect’. Tanpa qalqalah. – > ngakak!!!! hahahahaha
btw ya del, telor dadar yang pake tepung justru favorit gue, malah seneng klo ternyata di warteg itu dadarnya tebel pake tepung :p beda orang beda selera hehe
hmm.. udah lama bgt ga makan di warteg, warteg2 yang disebelah Ruko Cempaka Mas itu del, enak deh, udah pernah kesitu blom? eh kamu deket situ ga sih kampusnya *disorientasi arah
LikeLike
Alhamdulillah… kirain nggak ada yang nyambung sama jokes ituh huhu :”)
Iya. Pikiran tercerahkan gara-gara nulis ini. Ternyata tepung dalam telur dadarpun lumayan banyak yang suka. Mungkin kalau pergi ke warteg di Cempaka Mas sana telurnya begitu semua ya hmm. Secara lokasi nggak deket (nggak jauh juga hehe) sih Cempaka Mas itu. Tapi kalau emang bener enak, barangkali akan dijabanin saban hari. Nice suggestion!
LikeLike
Udah lama sekali nggak ke warteg, sekalinya ke warteg cuma beli nasi putih karena lauknya udah ada di rumah wkwk. Duh, nasib anak rumahan 😂
Menu favorit di warteg pas kkn duu sih, sambal terong, telur asin, sop dan kerupuk uuuwww mantawppp jadi kangen 😢
LikeLiked by 1 person
Eh bukannya lebih gampang masak nasinya ya daripada lauknya wkwk. Mamam noh jadi anak rumahan. Jadi susah nyari excuse buat ketemu mamas2 warteg kaan 😏
KKN lagi gih
LikeLike
Ya kan lauknya udah dimasakin umi, tinggal nasinya aja yang kebetulan habis wkwkwk. Ngapain juga harus seneng ketemu mamas2 warteg -_-
LikeLiked by 1 person
Siapa tau… siapa tau… ehehe
LikeLike
Kerupuuuuuk, wajib banget gakboleh engga. Hidup hampa tanpanya hahaha
LikeLiked by 1 person
Sensasi bunyi garingnya itu lhoh.. hmm
LikeLike