Flatulensi Insidental

Langsung saja, flatulensi adalah bahasa ilmiah dari buang angin. Inilah salah satu kehebatan bahasa ilmiah. Bahkan buang angin pun dapat terdengar cerdas. Yang ingin saya katakan, bisa jadi tulisan ini dirasa sangat jorok. Jadi, segera cari tombol ‘back’ sebelum membaca lebih jauh bagi Anda yang menyumpah kejorokan. Sudah diperingatkan…

Flatulensi/buang angin/kentut adalah hal wajar. Tak kentut, maka tak patut. Permasalahannya adalah flatulensi ini semacam sampah, yang harus dibuang pada tempatnya. Karena kalau dibuang sembarangan, kita akan mencemari lingkungan. Mungkin bukan alam yang kita cemari, tetapi nama baik sendiri. Oleh karena itu diperlukan tindakan yang bijak dalam menghadapi flatulensi ini.

Contoh mudahnya begini. Misal kita berada di tengah keramaian lalu seketika muncul perasaan kuat untuk buang angin. Karena kita manusia beradab dan tahu sopan santun, perasaan itu akan kita pendam sedalam-dalamnya. Sebisa mungkin kita arahkan agar angin dalam perut bergerak ke arah atas (arah yang aman, karena semakin menjauh dari bokong). Tetapi sayang kita juga memiliki batas. Ada kalanya kita lengah dan pertahanan kita runtuh. Yang kemudian kita rasakan hanyalah hembusan angin menghangatkan. Perasaan hangat itu bukan bagian terburuknya. Bagian terburuknya adalah bau semerbak.

Saat itu terjadi, semua usaha kita akan terasa sia-sia, tetapi bukan penyesalan yang harusnya kita khawatirkan, melainkan khalayak umum. Apakah mereka dapat bertahan? Apakah kita akan dikucilkan dari masyarakat setelah ini?

Kita beruntung kalau angin tersebut tidak diiringi bunyi-bunyian (senyap dan mematikan, istilahnya ‘killing me softly’) karena dengan begitu akan lebih mudah menyembunyikannya dengan seni memainkan ekspresi wajah. Pasanglah wajah biasa saja/poker-face. Wajah polos yang tidak tahu apa-apa. Lalu perlahan menghilang dari tengah kerumunan dengan cara jalan yang biasa pula. Usahakan kita memiliki alasan yang masuk akal untuk keluar dari kerumunan tersebut dan jangan pernah sekali-kali menengok ke belakang. Ini bagian terpentingnya. Tak usah kepo untuk melihat impak yang kita timbulkan. Kamu sudah tahu, toh kamu dapat menciumnya sendiri. Ketika berhasil memisahkan diri, itulah tanda peluit kemenanganmu telah ditiupkan.

Akan jauh lebih sulit kalau ternyata hembusan angin yang kita keluarkan membawa teman baiknya, bunyi. Andaikan bunyian itu memang benar-benar memunculkan diri, jangan panik. Yang harus pertama kali dilakukan adalah tetap tenang lalu jangan lupa untuk menerapkan seni memainkan ekspresi: poker-face. Setidaknya itu dapat mengurangi kecurigaan dalam keramaian. Jika perlu pura-puralah (dengan suara keras) bertanya retorik, “itu bunyi apa ya?” atau “kayak ada suara kentut deh, kamu kentut?”

Permainan psikologis pun dimulai. Orang sekelilingmu akan saling berpandangan bingung. Pikiran mereka akan saling menerka siapa pelaku sebenarnya. Dengan clue yang sangat sedikit, akan sulit untuk menebakmu. Sedangkan kamu harus sebisa mungkin ubah poker-face tadi menjadi sama dengan bentuk mimik di sekelilingmu. Dalam kasus hembusan angin berbunyi ini, cobalah untuk tidak kabur karena apabila kamu melarikan diri secara naluriah orang lain akan menuduhmu. Tetaplah dalam permainan dan berdoa semoga mereka cepat melupakan insiden kali ini.

Skenario terburuk terjadi ketika suara yang mengiringi hembusan angin tersebut sangat-sangat-sangat kuat sehingga membuat seluruh mata tertuju padamu. Di saat begini tidak ada jalan keluar lagi. Angkat tanganlah, lalu katakan, “Maaf…”

70 thoughts on “Flatulensi Insidental

      1. Eh kalo org habis operasi yg ditunggu itu tragedi flatulensi loh kak 😂

        Tragedi yg menyebabkan aroma satu ruangan mendadak suram 🙊🙊

        Like

    1. Wkwk.. Wah kalau sama keluarga sendiri saya juga susah menerapkannya mbak. Sudah saling kenal, sudah saling akrab dengan kebiasaan dan karakteristik flatulensi masing2 😂

      Liked by 1 person

  1. hahahaha 😂😂😂

    Mas Fadel…pagi2 bahas kentut, Cinta yg baca koq ga tahan ini jadinya ngakak berkepanjangan. 😂😅😁. Ternyata tema kentut saja bs dibikin semenarik ini 😃

    Liked by 1 person

      1. wkwkwk owalah pengalaman pribadi toh mas Fadel…pantesan kerasa bngt jujurnya ini tulisan, berasa orang lg curhat ups 😅😆😁

        Like

      2. Maksudnya pengalaman pribadi pernah berflatulensi mbak cinta? Pernahlah saya berflatulensi haha. Tapi selalu ngaku kok, bahkan saat sebelum terjadi 😂😂😂 Ini hanya dramatisasi dari pengandaian lingkungan sekitar wkwk

        Liked by 1 person

      3. ekwkwk 😂😅😁.

        Iya kdg2 lucu jg kl salah2an, biasanya tuh kl lg ngumpul brg ponakan, yg plg kecil yg suka gni, trs kl ketahuan bukannya malu, tp ngadu sm emaknya sambil nangis kuenceng, katanya tantenya jahat 😂

        Like

    1. Nope. Hampir tidak pernah kelepasan, melepaskan dengan ikhlas sering haha. Mungkin salah satu inspirasi nulis ini datangnya dari flatulensi temen yang syahdu, yang sialnya ada di dekat saya

      Like

  2. Duh, kentut ada bahasa kerennya ya ternyata. Boleh nih diterapkan waktu kuliah nanti kalau kebablasan 😂
    Biar nggak malu-malu amat waktu lagi kelepasan berflatulensi 😂😂😂

    Like

    1. Yap. Kita semua merasakannya.

      Tapi pencegahan tetap lebih baik, dengan melarikan diri dari kerumunan belum terjadinya ‘kejadian’ misalnya

      “Lho kok, kayaknya langitnya mendung yah. Kayaknya mau hujan. Aku keluar sebentar yah buat mastiin…” Dan ketenteraman pun tetap terjaga

      Liked by 1 person

      1. Wkwkwk kalau pakai cara itu ujung-ujungnya nanti dicurigai terus malah jadi bahan omongan kak 😂😂😂😂
        Habis mastiin hujan, “oh jadi tadi itu kamu ya… Oh…” 😂

        Like

      2. Lhoo itu kan maksudnya dipraktekkan sebelum ‘kejadian’ 😂 Jadi nggak bakal ketauan sama orang dalam. Yah, beda cerita kalau di luar juga banyak orang…

        Kalau dipraktekkan setelah kejadian bisa juga sih. Tapi sesudahnya jangan pernah ketemu sama orang yang kita tinggalin tadi 😂😂

        Liked by 1 person

  3. 😂😂

    Berkaca dari pengalaman sehari-hari selama bertahun2 tadi..
    “Kalau pas ditengah kerumunan orang kemudian muncul hasrat untuk buang angin…”
    Biasanya saya akan ijin ke mereka. Contohnya pas lagi jalan bareng waktu naik gunung, “mbak duluan deh, aku mau kentut.” Sampe diketawain sama mereka, katanya terlalu sopan.. mau kentut aja permisi.
    😅

    Like

    1. Haduh mbak, sama banget kita 😂
      Bedanya di saya bukannya dianggap sopan, malah disorakin jorok hahaha. Tapi itu nggak menghentikan kebiasaan itu sebelum buang angin. Hmm.. Saya terlalu banyak membahas kentut hari ini 😂

      Liked by 1 person

  4. Flatulensi such as nice word heuheu. Seni berflatulensi adalah mensubstrak volume suara dan tekanan agar keluar secara perlahan-lahan 👍🏻

    Like

      1. aku ketinggalan beribu episode one piece. hueeeeeng
        .
        sebenernya kekuatan alat impacto. jadi alat itu punyanya (lupa) alat itu menyerap kekuatan dari serangan lawan. terus mengeluarkan semua kekuatan itu buat nyerang balik.
        .
        aku cuma suka kepancing sesuatu kalau ada kata yang mancing. kayak kata “impak” di artikelmu ini bang. huehehee maafkan gak nyambung

        Liked by 1 person

      2. Oalaaahh… Impact toh wkwk. Kirain apaan impacto, pantes nggak ngerti 😂

        Nama alatnya dial dhin heuheu. Impact itu salah satu jenis dial. Dial itu yang umum di Pulau Langit Skypiea kan? Kalau dial yang isinya kentut itu yang dipake salah satu kakak-adik domba gembul pas lawan Sanji-Gan Forr itu kan? IYA KAN? *excited* *OPhardcorefans*

        Hebring juga kamu dhin bisa langsung inget ke sana setelah baca ini 😂😂😂

        Liked by 1 person

      3. ahiyaaaaa 1000 rupia buat bang fadel. ya ampun otak itu menyimpan yanh ingin diingat saja. ruangan otakku sempit banget dahh. huehehee.
        hebriiing bingitttsss.
        iya Dial. iya benerrrrr😂😂episode berapa deh lupa.

        Like

Leave a comment