Kopdar Bersama Vallendri Arnout alias pursuingmybule.com

Ah ya, jikalau ada yang belum tau siapa itu Vallendri, coba klik sini. Ini adalah pengalaman kopdar sama itu gadis dari sudut pandang saya. Bisa aja sih kalau mau bandingin sama yang dibuat Vallendri, jangan ragu untuk mengklik sini 2. Di tulisan itu dia ngakunya telat menerbitkan tulisan. Entah apa perlu superlatif apa untuk menggambarkan telat yang ini -_-

Kalau memang ada istilah too late late-post, maka inilah dia… Selamat menikmati

Jakarta, 25 Desember 2016. Sudut kosan yang panas… banget

Memasuki natal dan tahun baru, banyak dari kami yang pulang kampung. Tetapi tidak untuk saya dan Asgi. Kampung kami terlau jauh untuk dinikmati waktu satu minggu. Akhirnya sejak kemarin kami bingung tak menentu, bagai kucing yang gelisah memasuki musim kawin. Asgi, pemuda asal Biak, teman kos saya, sama-sama merasakan sakitnya terkhianati teman kos lain yang lebih memilih pulang kampung. Sebagai pelipur lara ia katanya bakal mengajak teman lainnya (yang tidak mengkhianatinya) untuk kongkow bareng ke Bogor. Seketika saya merasa tersakiti karena tidak diajak

Alhasil waktu yang ada hari ini saya habiskan dengan mojok di kosan. Buka-tutup blog, raba-raba bahan tulisan, ataupun coba-coba cari akal bagaimana caranya skripsi saya bisa menulis dirinya sendiri. Itu saya lakukan dari pagi hingga sore menjelang. Di tengah kegelisahan saya, muncul notifikasi blog yang datang dari tulisan kopdar feat. Azizatoen. Satu notifikasi tentang ajakan menuju kopdar lainnya oleh Vallendri Arnout. Yang membuat saya kaget adalah waktu ajakannya yang sangat tiba-tiba. Perempuan yang dulu rajin mengejar bule itu ngajak ketemu besok. Yup.

Dalam pengalaman saya berbincang dengan orang lain, ada tipe-tipe orang yang mengartikan kata besok sebagai hari kapanpun setelah hari ini. Entah itu sehari setelahnya atau hari satu bulan setelahnya. Artinya ‘besok’ bisa jadi kapan saja. Ternyata Vallendri bukan orang yang seperti itu. Ia juga seperti saya, yang mengartikan besok sebagai ‘besok’. Tetap saja itu membuat kaget. Campur senang sebenarnya. Karena ini pertanda kegabutan saya akan berakhir

chatvallendri
Val, you’re not alone. Masih ada jutaan orang yang berlelah-lelah membuat rencana namun kecewa karena tidak ada eksekusi… Hidup spontanitas!

Sip. Maka siap-siaplah saya mencari tahu tentang apa saja yang bakal dilakukan besok di Bogor. Jujur walaupun dekat dan cukup sering ke sana, saya tidak begitu akrab mengenal Kota Hujan. Itu lantaran referensi tempat bagi saya di sana cuma Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Bogor, dan… Kebun Raya Bogor. Hanya itu. Menyedihkan memang.

Hasil pencarian saya di internet merujuk pada tempat-tempat kuliner terkenal Bogor. Dan karena saya tidak memiliki masalah dengan makanan apapun, saya tak keberatan jika kopdar esok menjadi petualangan kuliner. Keputusan itu sepenuhnya saya serahkan ke Vallendri, anak gahol Bogor.

Berkenaan dengan Asgi, wacananya untuk melancong ke Bogor ternyata hanya sekedar wacana. Ia dan kawannya itu mager. Malah saya yang akan ke kota itu besoknya. Maka peran kucing gelisah tak bisa kawin terus Asgi mainkan hingga malam menjelang. Entah bagaimana ketika saya tinggalkan esoknya

Jakarta, 26 Desember 2016. Tengah kosan yang hangat… Aaahh

Hari baru, semangat baru. Jelas ada pengharapan kalau hari ini akan menjadi hari hebat lantaran rencana kopdar yang telah disusun sebelumnya. Sebenarnya bukan rencana juga sih. Toh kami taunya cuma pengen makan ini-makan itu. Oh ya, seperti yang saya duga, apa yang Vallendri tawarkan semua berkaitan dengan kuliner. Mulai dari gehu jeletot sampai spaghetti ala-ala café yang namanya aja saya nggak bisa nyebutnya. Melihat bagaimana cara ia menuturkannya, sepertinya nih perempuan emang doyan makan. Hmmm… petualangan kuliner kami pun akan segera bermula

10.30. Kami janjian untuk ketemu di Stasiun Bogor jam 12 teng. Karena kira-kira naik KRLnya saja akan memakan waktu 1 jam, saya sudah berada di jalan pada saat jam ini. Hari ini matahari berada dalam kondisi primanya di Jakarta. Panas, sangat panas malahan. Saya tak berani menebak bagaimana cuaca di kota hujan itu. Lebih baik saya sedia payung selalu.

Ada perasaan lega ketika akhirnya tiba di Stasiun Duren Kalibata dan masuk ke KRL Hawa udaranya kentara sekali. Saya cukup beruntung karena KRL tak begitu ramai sehingga AC di dalam tak perlu ngos-ngosan meniup udara dinginnya. Dinginnya nyesss

11.55 Sampai dengan selamat di Stasiun Bogor, stasiun KRL terbaik versi saya dan menurut saya memang seharusnya seperti itu. Setiap hari kerja, lebih dari 100.000 orang turun dan naik kereta dari stasiun ini. Ramainya tak terkatakan. Hal itu juga berlaku untuk hari ini. Bagaikan lebah hendak kerja keluar sarang, saya manut ikut kerumunan keluar KRL. Setelah siap semuanya, jelas tujuan saya cuma 1. Mencari Vallendri

Tak sulit mencari Vallendri karena ia sudah sampai duluan ketika saya bersiap tadi. Ditambah lagi ia juga memberikan detail tentang dress code yang ia pakai. Tentu ini memudahkan saya. Yah, sebenarnya saya sudah berlelah-lelah latihan menghafal mukanya.

Lalu muncullah ia, Si Bule Pursuer. Sekali lagi timbul perasaan lucu saat bertemu teman bloger. Kalimat seperti, “Wah, ternyata orangnya seperti ini ya…” pastinya menyeruak di benak. Tetapi suaranya. Cukup geli karena kita yang biasanya berkomunikasi lewat tulisan mesti saling bertukar suara. Dan untuk Vallendri, gadis satu ini sudah supel sejak pertama kali ia terlihat. Rasanya ia seperti bisa mengobrol akrab dengan siapa saja. Beruntungnya… Saya yakin hari ini akan berjalan sangat baik.

12.15 Ternyata di Bogor juga panas. Matahari Bogor tak ingin kalah saing dengan matahari Jakarta sepertinya. Hari ini Bogor kehilangan predikatnya. Tanpa ingin berlama-lamaan kepanasan di stasiun, kami pun segera beranjak naik mobil jemputan kami. Yah, sungkan menyebutnya angkot

Di dalam mobil, Vallendri mengeluarkan notes berisikan list tempat2 yang ingin dikunjungi. Dan yang saya maksud dengan tempat adalah restoran, gerai street food, dan café. Entah ada berapa banyak persisnya, yang jelas list itu menghiasi notes kecilnya hingga 3 halaman. Melihat panjangnya list itu membuat perasaan campur aduk.

Sambil sesekali menyeka keringat (angkot dan udara panas adalah kombinasi yang hebat!), kami sedikit ngobrol tentang kehidupan masing-masing. Tentu saja ada kata-kata ARL. Bahkan saya merasa sudah mengenal ARL ini lewat penuturan Vallendri. Hubungan manusia terkadang memang rumit. Apa landasan suatu hubungan itu terjadi, bagaimana gejolaknya, dan sampai mana itu akan bertahan barangkali tak akan tuntas dicari jawabannya dalam cerita Vallendri dan ARL ini. Nah, monggo di cek pursuingmybule.com untuk mencari tahu detailnya J

Tak lama kemudian, sampailah kami di Jalan Suryakencana! Yay

jalan-suryakencana
Nah ini dia. Belum sampai di kawasan kulinernya sih. Kalau sudah, itu trotoar berasa sempit banget. Banyak pedagang, ramai pembeli sumber

Jadi ini namanya Suryakencana. Kalau gerbang depan gaya Cina Kuno itu sudah cukup sering saya lewati, namun menyusuri sepanjang Jalan Suryakencana ini pertama kalinya saya lakukan. Jalan Suryakencana menurut saya semacam komplek pertokoan lama yang bernilai antik. Barangkali ruko-ruko dan bangunan di sini berumur lebih dari 100 tahun. Yah, saya pribadi senang melihat bangunan-bangunan tua yang masih berdiri apalagi masih fungsional.

Lalu ada apa saja di Surken (sebutan gaholnya) ini? MAKANAN! Dan ada sangat banyak. Rasanya semacam food court sepanjang beberapa kilo yang berdiri di tiap-tiap ruko atau gerai kecil depan toko. Aih, malas menghitung dan menyebutkan banyaknya jenis makanan yang ada di sini. Sebutlah jajanan kecil semacam pisang goreng tanduk, combro, lumpia basah, toge goreng, bahkan hingga es bir kotjok (sepertinya satu-satunya alasan minuman jahe ini dinamakan bir adalah karena warnanya yang mirip bir -_-). Ke semua gerai makanan yang kami datangi punya antrian karena ramainya. Saya sendiri tak percaya ada orang yang rela mengantri demi combro -_-. Combro men, yang isinya cuma oncom itu, di Surken sini menjadi pujaan. Oh, sepertinya semua makanan di sini jadi pujaan.

Jangan tanya tentang makanan berat yang disajikan di rumah makan. Masing-masing memberikan menu yang amat beragam dengan pengunjung yang ramai pula

Berikut foto-foto dari makanan (daaan tokonya) yang kami singgahi:

152328
Percayalah, tiada unsur ‘goreng-goreng’ dalam makanan ini, setidaknya dari toge goreng yang kami beli. Mengapa orang bisa iseng ngasih nama makanan -_-
152345
Pisang goreng tanduk (?) Enak banget lho. Kalau makannya sambil merem ada berasa madu-madunya dikit
152339
Baru tau ada lumpia yang bisa dimakan tanpa digoreng. Yang ini juga enak, Rasanya mirip isi martabak telur
152347
Aahh.. yang ini. Malas berkomentar bir satu ini -_-
152341
Sewaktu kami datang, ada orang yang borong combronya sampai cuma tersisa sedikit. Orang yang borong membeli sampai berkotak-kotak! Oh ya, harga combro ini di hari biasa dan libur beda lho. Unik kan?

Banyak-banyak sekali -_-. Masih ada yang tidak terfoto. Vallendri kelihatan sangat bernafsu melihat jejeran penjual makanan di Surken dan berakhir membeli banyak jenis makanan. Saya yang menganggap diri sebagai turis yang tak tahu apa-apa ngikut aja apa. Toh memang pengalaman seperti ini belum pernah saya alami. Di saat kita kembung karena belasan jenis makanan *duh* Vallendri sendiri biarpun banyak memilih makanan, tak semua ia habiskan. Tentu saya sebagai laki-laki yang bertugas menyapu bersih -_-

Yang paling berkesan di antara makanan-makanan di atas bagi saya adalah soto kuning. Duh, itu kayaknya salah satu soto terbaik yang pernah saya santap. Kuah kuningnya gurih, namun yang paling jos adalah daging-dagingnya. Padahal mayoritas daging-dagingnya adalah jeroan sapi. Tetapi jangan salah, Kalau mungkin berkesempatan merasakannya, mungkin itu adalah usus/paru/hati sapi terbaik yang pernah dirasakan. Belum lagi otaknya. Banyak mungkin yang sudah tahu bagaimana kelezatan organ sapi satu ini. Di dalam soto kuning ini kenikmatan otak semakin menjadi-jadi. Faktor yang menyebabkannya enak bisa jadi datang dari dagingnya yang masih segar dan dapat kita pilih sendiri. Tentu saya berharap dapat menyantapnya kembali.

152330
Punya Pak Yusuf. Toko satu ini yang paling rame sewaktu di antara toko2 yang kami kunjungi. Padahal tidak ada mejanya, tapi orang yang pesen bejibun. Setelah makan baru saya paham mengapa orang rela makan biarpun harus jongkok di tempat di cuaca yang supeeeer panas
152335
Nah ini daging-dagingnya. Bisa pilih sendiri lho. Favorit Vallendri: Otak (semoga bener…)
img_2389
Penampakan setelah dicampur kuah. Ah, akibat keterbatasan kemampuan fotografi, bentuknya jadi tidak menggugah selera, tetapi percayalah. Makan ini bakal mengubah persepsi akan jero-jeroan!

Kenyang makan, kami pun bergerak kembali. Kali ini tujuannya tak jelas. Yang pasti kami mencari mobil jemputan lainnya. Satu catatan. Vallendri punya gerak langkah yang sangat-sangat-sangat cepat. Sulit sekali menyamakan irama langkahnya. Saya mesti ngos-ngosan dulu sebelum akhirnya menyesuaikan. Kalau berjalan kaki dengannya, kita tak dapat berkedip/memejamkan mata terlalu lama. Bisa jadi ia sudah jalan jauh hingga tak terlihat saat kita memejam mata

Mobil pun datang dan kami naik. Dalam mobil diputuskanlah tujuan kami berikutnya, Jalan Pajajaran, tempat café Yellow Truck berada.

yellow-truck.jpg
Penampilan depan yang sangat berkelas kan? Dalamnya keren lho sumber
img_2390
Minuman yang kami pesan. Lupa namanya, tetapi saya ingat betul alasan memesannya. Kata kunci: promo. fufufufu

Hmm… tak banyak yang dapat saya ceritakan terkait waktu kami di sini. Yellow Truck adalaf café yang bagus. “Konsepnya sederhana namun terkesan elegan” adalah kalimat yang ingin saya ungkapkan dengan nada keren, namun saya sadar kalau itu terlalu maksa dan biasa. Yah, intinya untuk tempat nongkrong anak muda, Yellow Truck takis abis. Entah apa artinya takis abis. Kadang saya tak mengerti apa yang saya katakan. Inti dari inti yang saya intisarikan, café ini adem dan full musik. Selama ada tempat duduk yang super takis dan musik yang omo, anak muda kekinian bisa nongkrong berjam-jam kan?

Kami tidak makan lagi di sini. Hanya memesan minuman yang rasanya manis dan saya lupa apa namanya. Satu hal yang paling saya ingat adalah minuman itu adalah promo Yellow Truck yang dengan senang hati saya beli. Sampai 2 kali malah. Minuman tadi menemani obrolan kami tentang masa depan masing-masing. Vallendri punya banyak keinginan dan cita-cita rupanya. Yang paling signifikan tentunya minatnya untuk bergabung menjadi jurnalis majalah. Dan ya Val, tulisan kamu memang punya kualitas ala ala redaksi nasional. Tentu itu adalah pilihan karier yang amat bagus agar bakat dan minatmu tak terbuang sia-sia J

16.00 Sempat bingung mau ke mana lagi, akhirnya diputuskan menghabiskan sore dengan duduk-duduk manis di taman. Taman saran dari Vallendri adalah… Taman Kencana. Karena selain dekat stasiun, taman itu juga nongkrongable. Yup.

Kami masih punya sisa-sisa makanan hasil berburu di Surken tadi. Duduk-duduk di atas rumput sambil makan lumpia basah boleh juga. Cuma ya namanya juga makanan yang dibeli siang baru dimakan sore, rasanya sudah sedikit berubah. Tapi toh sudah terbeli. Nanti makanannya nangis kalau tidak habis.

Sekali lagi, kami sama-sama menatap jauh melihat masa depan. Akan berada di mana kah kami nanti? Apa yang akan kami lakukan di senin sampai sabtu nanti dan kegiatan apa yang kami sia-siakan di hari minggunya? Masa depan adalah tempat yang gelap dan penuh tanda tanya. Meski begitu kami saling meramal akan bagaimana jadinya kami nanti, saat 5 atau 10 tahun yang akan datang. Hm… sebutlah itu cita-cita. Berbagi cita-cita akan saling mengingatkan kita untuk terus berada di jalur yang tepat, biarpun mungkin jalur itu panjang untuk dicapai

17.45 Time skip! Sudah waktunya pulang. Kami sudah berada di dalam mobil, mobil ke-4 hari ini dan tak berapa lama lagi akan misah di stasiun Bogor. Yah, memang kopdar bareng Vallendri ini begitu singkat. Setengah hari pun tak sampai. Namun puas saya setelah bertemu orangnya sekaligus diajak menyambahi belantara kuliner di Bogor. Kembali saya katakan saya tidak pernah sekenyang hari ini, yang kenyang akibat berbagai macam makanan yang bahkan saya nggak tahu ada.

Terima kasih Vallendri Arnout! Kopdar yang lalu terasa amat menyenangkan. Pengalaman pertama nyoba petualangan kuliner seperti ini dan ternyata asyik juga. Harus sering-sering seperti ini nih, dan harus diimbangi rajin-rajin nyari duit juga *heh* Lalu masalah hubungan pribadi, didoakan selalu yang terbaik untukmu Val. Ikuti aturan mainnya, jangan kehilangan prinsip! Semoga yang disemogakan segera terkabul! Bahagia selamanya!

37 thoughts on “Kopdar Bersama Vallendri Arnout alias pursuingmybule.com

    1. Yup, pastinya Mbak Mo. Akibat melepas keberingasan lapar mata. Makannya diangsur dung, jadinya muat. Yang dijadikan bekal perjalanan pulang banyak juga btw.. Hmm.. Cus main ke Bogor Mbak Mo, dan rasakan sendiri kembung karena street food 😄

      Liked by 1 person

      1. Itu sama sekali nggak digoreng btw 😂😂😂
        Aku merasa ditipu mentah2. Sayang fotonya nggak ada di hape sini. Kalau mau bayangin, bayangin aja ketoprak, tapi lontong sama tahunya dibuang -_- Mungkin karena toge goreng ini yang aku makan terakhir di kosan, rasanya udah nggak karuan

        Liked by 1 person

      2. aku udah langsung cari tau di google kok del, banyak yg nerangin di yutub kuahnya pake tauco gtu kan? ada mi kuningnya gtu? orang-orang sih blgnya enak 😀

        Like

      3. Haha nawaitu sekali…
        Iya, ada semacam tauco dan mi kuningnya. Ntar deh ingatin aku buat bawain itu kalau ketemu lagi 👍🏼
        Ingatin aja tapi, eksekusinya ya dipertimbangkan dulu fufufu

        Liked by 1 person

      4. ya males deh kyaknya aku bakal di php deh 😛 , gak mau ngingetin deh del klo gtu, aku tak pesen via go-food lbih pasti 😛

        Like

  1. Wkwkwkwk harusnya tadi Del kamu kemari lagi. . . Kita nangkring di dekat gerbang Suryakancana sambil aku ngedipin pangeran, kamu ngedipin putri Arab yang lewat manjah. . . ^^

    Like

    1. Waaah, mereka mampir ke Bogor? Wkwk.. Penasaran gimana dongkolnya orang sana yang ‘terpaksa’ berkorban lebar jalan demi Keluarga Raja itu. Apa macet tadi siang di Gatot Subroto karena ada Raja Salman lewat juga ya? Semoga kamu berkesempatan dikedipin Val 😂

      Like

      1. Oh iya Del, yang itu buka pisang gorrng tanduk, tapi pisabg goreng kalimantan. Pisang goreng tanduk nggak keambil gambarnya kalo ga salah. . . 😂

        Like

    2. Iya Yusuf Mudammad. . . Aku di request khusus buat nyambut rombongan😎

      Iya Fadel. . . Aku bahkan nggak jadi ke sebuah restoran Thailand yang kebetulan harus melewati jalur perjalanan sang raja. Tapi untungnya ya itu, udah di kedipin dan tinggal nunggu lamaran dari pangeran doang ini idup😂

      Like

  2. Tulisannya banyak.. Aslinya mau komen isi tulisan, tapi bingung mau komenin yg mana..

    Yg pasti saya suka Toge Goreng.

    Ngakak baca “gelisah kucing di musim kawin”.. :’D

    Like

  3. Seperti biasa, tulisan kak Fadel selalu menarik untuk dibaca sampai habis. Waktu baca rasanya kaya ikut gabung kopdaran bareng kak Fadel sama kak Vallen. Menyenangkan sekali, jadi pengin makan toge goreng xD

    Like

    1. Kenapa semua ngomongin toge goreng ini wkwk. Hey, itu dari nama aja udah nipu. Seandainya namanya ‘salad toge with peanut sauce’ atau toge rebus mungkin masih bisa berterima 😂😂😂

      Liked by 1 person

    1. Yah, perlu nabung lama dulu Bang sampai saya bisa ke sana lagi wkwk. Kalau rasa pengen sih jelas ada buat main ke Lombok lagi, terlebih ada satu bloger yang mesti dikomplitin silaturahimnya 😄

      Liked by 1 person

  4. Aku baru denger toge goreng, penasaran juga hahaha. Dan, di bandung ada banyak cabang yellow truck, aku malah ngerasa jadi biasa aja sama tempat itu. Lebih suka waktu pertama kali yellow truck cuma satu, di bandung, kedainya kecil, sederhana tapi hangat. Kalau sekarang jadi banyak cabang nya dan konsepnya lebih modern. Aku kehilangan satu tempat ngopi (tapi gak ngopi) yang sederhana deh huhuhu~

    Liked by 1 person

    1. Toge goreng adalah kekecewaan ka. Nyesel berekspektasi sama makanan satu ini…
      Saya malah nggak tau sama sekali yang dulu gimana. Yang sekarang dirasa tetep nongkrongable sih huhu

      Like

Leave a comment