Dudududu… Sudah Masuk Waktu Menikah Sepertinya

Ada yang berbeda ketika saya membuka media sosial akhir-akhir ini. Trend postingan teman-teman saya kini berubah. Kalau akhir tahun lalu banyak yang ngeshare konten-konten berbau sensitif (emangnya durian -,- ), sekarang topiknya menjadi lebih ringan sekaligus bikin deg-degan. Banyak yang ngepost masalah jodoh. Yup.

Barangkali karena lingkaran pertemanan media sosial saya mayoritas diisi oleh teman-teman seangkatan yang secara status kini menjadi mahasiswa tingkat akhir alias maba (mahasiswa basi). Kita sama-sama tahu apa yang ada di dalam benak mahasiswa tingkat akhir, yaitu cuma jodoh dan skripsi. Memang sedih ini. Kedua hal ini berdampak ke timeline media sosial masing-masing. Kalau nggak tentang jodoh, ya tentang motivasi diri  sendiri untuk nulis skripsi *duh*

Nah foto-foto di atas ke semuanya saya dapat dari facebook, hasil share teman sejawat. Mudah ditebak kalau yang ngeshare ciwi-ciwi. Efeknya bagi saya saat membaca, tiba-tiba saya merasa berenergi. Mirip seperti sehabis minum Kukubima. Sampai gemeter malahan. Lelaki mana yang tidak semangat kalau melihat postingan seperti ini dari si doi?

Biasanya jika sudah ada postingan seperti itu, ujung-ujungnya akan membawa ‘memantaskan diri’ atau ‘meningkatkan kualitas’. Entahlah. Saya kurang sreg dengan pernyataan seperti itu. Suatu waktu saya membaca timeline Line milik teman. Ada satu tulisan ‘nampar’ di situ, yaitu tentang mana yang harus didahulukan. Apakah itu jodoh atau ajal.

Tentang share-share gambar di atas, bukan konten gambarnya yang kurang saya senangi, namun embel-embel memantaskan diri itu. Saya takut nantinya alasan kita memantaskan diri (dengan meningkatkan ibadah misalnya) adalah murni untuk si calon, bukan lagi untuk Allah. Kurang lebih mirip seperti fenomena mengapa mushola sekolah lebih penuh di musim ujian. Alangkah lebih baik kalau kita mengejar surga, kemudian insyaallah si calon ngikut. Karena selain jodoh, ada satu lagi yang mengintai kita semua, yaitu mati. Entah yang mana duluan yang datang antara jodoh dan mati.

Semoga kita dapat berniat memantaskan diri untuk Sang Khalik, yang mengatur segala kehidupan termasuk jodoh. Memang prakteknya tidak mudah tetapi harus dicoba. Lalu ketika menulis ini semakin saya tersadar kalau keikhlasan itu mahal. Sangat mahal untuk saya yang sudah ternodai kebanyakan nonton film romantis.

Yah, walaupun saya bilang begini masih sangat banyak dari diri ini yang perlu diperbaiki. Perlu mengingat mana yang baik dan bathil. Semoga tidak ada pula yang salah mengartikan. Bukannya saya tidak mau menikah atau berjodoh. Saya mau. Tapi tidak sekarang. Sekarang sudah malam, KUA-nya sudah tutup.

27 thoughts on “Dudududu… Sudah Masuk Waktu Menikah Sepertinya

  1. …..Semoga tidak ada pula yang salah mengartikan. Bukannya saya tidak mau menikah atau berjodoh. Saya mau…..

    Pas baca “Saya mau”, ngakak saya, del hahahaha

    tiba-tiba jadi ingat film 3 idiot yang Raju dan Farhan saling menyalahkan waktu dipanggil menghadap ke Ruangan Viru’s gara-gara kedapatan nyelonong ke pesta nikah anaknya. 😀

    Liked by 2 people

Leave a comment