Dua Jam dengan Kurniawan Gunadi

Ada yang tau dengan Kurniawan Gunadi? Yap, penulis Hujan Matahari dan Lautan Langit itu. Kemarin ia berkesempatan mengunjungi kampus saya untuk mengisi seminar mengenai kepenulisan. Dan beruntungnya saya yang terpilih (walau sebelumnya menolak) sebagai moderator sesinya Mas Gun ini!

IMG_1717.JPG
Nama acaranya Liliefors. Mungkin acara terbesar di kampus kecil kami karena satu-satunya yang mengundang ‘orang terkenal’. Kalau tahun ini Kurniawan Gunadi, tahun lalu Dewi Lestari 🙂

Sebenarnya bukan murni kebetulan Kurniawan Gunadi datang kemarin. Jauh sebelum kemarin, sewaktu voting pembicara siapa yang dapat diundang, dengan lantang saya menyuarakan Kurniawan Gunadi. Argumen-argumen beserta karyanya kuat saya sampaikan dan sepertinya teman-teman lain ikut terpengaruh. Maka diundanglah dia. Dan jelas pilihan itu tidak salah. Yang salah adalah ini pertama kalinya saya jadi moderator dan langsung moderator-in Kurniawan Gunadi 😆

Kurniawan Gunadi ini masih muda lho. Kelahiran 1990. Mungkin karena itu orangnya asyik diajak ngobrol sama kami yang mahasiswa. Saya yang seharusnya gugup malah tidak merasa sama sekali. Malahan saya merasa kurang ajar karena ngomong segala macam kepada dia. Ada aura hangat persahabatan yang mengelilingi dirinya. Kami baru kenalan kemarin dan kemarin pula saya baru melihatnya secara langsung. Tetapi saya merasa ia sudah seperti sahabat saya (ceileeeh). Mungkin karena tabiatnya yang seperti itu, memperlakukan siapapun itu seperti temannya sendiri. Seperti saat ia dengan luwes mengajak saya ke sana kemari keliling kampus atau saat ia mengejek saya yang tanpa cincin nikah (mentang-mentang baru nikah -_-). Pengetahuan saya tentang Kurniawan Gunadi hanya sebatas Lautan Langit. Saya bahkan baru 1/16 baca Hujan Matahari. Oleh karena itu saya sedikit kaget ketika bertemu orangnya langsung. Karena lewat bukunya saya membayangkan orangnya yang serius, selalu berekspresi sendu, dan mengeksklusifkan diri. Saya salah besar!

Pun di atas panggung ia tetap seperti itu. Masih orang yang sama. Masih seru diajak ngobrol dan jago nyeloteh juga. Namun hal yang sedikit berbeda adalah ketika di atas panggung ia jauh terlihat bijak. Dari kata-katanya kita tahu bahwa ini bukan orang yang sembarangan. Pengetahuannya luas tanpa kesan menggurui.

Lautan Langit saya kagumi karena ketepatan emosi dan deskripsi suasana yang disampaikannya. Memang hanya lewat cerpen dan prosa pendek. Namun itu sudah cukup menusuk-nusuk hati pembaca. Pemilihan diksinya juga juara yang membuat saya bertanya-tanya buku apa yang ia baca agar dapat bersahabat dengan kata-kata seperti itu. Jawabannya saya dapat ketika berada di atas panggung. Yang pertama adalah karena ia cinta menulis. Ia sudah mulai menulis serius sejak SMP. Katanya semua tulisan yang a tulis sejak SMP masih ia simpan dalam buku tulisnya dan masih ia buka sebagai bahan tulisnya. Tak heran ia dapat merangkai kata-kata manis. Lalu yang kedua, ia suka bacaan sastra lama seperti Siti Nurbaya dan buku-buku lama lainnya. Bahkan penulis favoritnya adalah Buya Hamka. Saking ngefansnya ia dengan Buya Hamka ia sampai nekat mengunjungi rumah Buya Hamka nun jauh di Danau Maninjau sana. Jawaban kedua inilah yang memuaskan saya karena dari situ saya tahu dari mana gaya bahasa Mas Gun yang unik dan cantik. Perpaduan gaya tulis lama dan pop zaman sekarang.

Oh ya, saya lupa bilang. Setelan yang kami pakai sama! Kami sama-sama memakai kemeja hitam, jins, dan sneakers 😆 Sewaktu menyambut kedatangannya sih ia masih memakai kaos raglan hitam dan saya memakai kemeja panitia. Tetapi setelah saya pamit untuk siap-siap pakai kostum, ia ternyata sudah anteng pakai kemeja hitam. Nggak ada yang mau ngalah buat ganti baju. Ya iyalah. Kemeja hitam itu pakaian sakral saya saat momen khusus dan harus dipakai saat ingin mencapai tingkat kegantengan maksimal. Menjadi moderator Liliefors jelas salah satu momen khusus itu. Mas Gun juga moh buat ganti sepertinya. Katanya yang penting merknya beda -_-

Hmm… bagi yang belum baca, mungkin bisa dibaca Hujan Matahari atau Lautan Langit-nya. Sama-sama bagus. Cocok banget untuk yang mencari pengobatan hati lewat tulisan

37 thoughts on “Dua Jam dengan Kurniawan Gunadi

  1. Kalimat yang saya suka dari postingan ini adalah….. masih muda lho, kelahiran 1990. Hehehw

    Btw, saya blm pernah baca bukunya. Mau minjemin???

    Like

    1. Ha ha ha.. Apa karena Mbak Mo juga 1990? Mas Gun mah kasus khusus huhu

      Saya juga gak punya bukunya *duh*
      Dua bukunya saya baca dari minjem. Yang pertama minjem tanpa bilang lalu balikin, yang kedua minjem dan bilang ke orangnya tapi sampai sekarang belum dibalikin

      Like

      1. Nggak ‘Hiks’ juga kok Mbak Mo. Semua yang diizinkan Allah pasti ngerasain 26 atau 27 atau berapapun itu

        Btw sejak kapan saya manggilnya Mbak Mo -_____-
        Emangnya Pernikahan Dini…

        Like

    1. Iya kan?
      Btw Ka win udah nerbitin buku? Dua buku Kurniawan Gunadi ini mayoritas diambil dari blognya lho ka. Barangkali Ka Winny bisa mengikuti jejaknya. Siapa tahu bisa ngalahin The Naked Traveler-nya Trinity hehe

      Like

  2. Setahun yang lalu dateng ke seminar yang ada Mas Gun, Mas Azhar, sama Mbak Dee, eh kerenan kak Fadel yang jadi moderator di event gede. Beruntung kak! :3
    Btw ku masuk ke dalam kelompok jiwa-jiwa yang patah hati waktu denger kabar Mas Gun menikah… :’)

    Liked by 1 person

      1. Hahaha.. baru denger asyiknya jadi istri karena itu. Gampang lah itu. Banyak kok laki yang jago bikin diksi manis. Jadi inget patah hati pas SMA dulu, pas Dian Sastro nikah 😦

        Ah.. kamu ngomongin yang nggak2 sih..

        Liked by 1 person

      2. Kak Fadel juga jago yak kalau cuma diksi-diksi manis wkwkwk xD
        Waah ada fans garis kerasnya Cinta nih :p
        Wkwkwk oke biarkan Mas Gun berbahagia kak :’)

        Like

  3. Wah enak bgt fadel udh prnh ketemu mas gun.. Lgsg jdi moderator pula, bsa nnya” byk yaaa 😍😍😍

    Smga bsok” fadel yg di moderatorin yaa 😉 Amiin

    *share apa yg disampein mas gun dong del.. Bikin artikel baru. Kepo nih
    Blm pernah ikut event yg ada dianya soalnya.

    Liked by 1 person

    1. Wakakak.. beruntung quree. Makasih doanya

      Kalau artikel baru mungkin aku nggak akan buat lagi huhu (maaf). Karena sebenarnya nggak terlalu jauh sih materinya dengan seminar kepenulisan lain. Yang penting eksplor minat kamu, perbanyak melihat dunia, tulis apapun yang kamu suka, banyak latihan. Mas Gun kemarin intinya ngomongin itu. Cara pembawaannya sih yang oke banget yang bakal susah dideskripsiin lewat tulisan

      Kalau Quree penasaran kenapa ia bisa nulis keren banget mungkin jawabannya ada di pengalaman nulisnya yang sejak SMP. Ia juga doyan baca novel lama Indonesia yang bikin kosakatanya juara

      P.s. Aku udah nulis sedikit lho di tulisan di atas dia itu orangnya gimana. Kagum aku dengan orang Kurniawan Gunadi setelah ketemu langsung hehe

      Liked by 1 person

      1. Ooohh.. Isi materinya ttg menulis toh, kirain ttg bukunya mas gun…
        Fadel blg gtu jdi mkin penasaran pgn ketemu org aslinya..
        Hmm okeoke del nuhun infonya

        Liked by 1 person

      2. Oh ya, mungkin kamu sudah tau, Hujan Matahari hampir semua diambil dari blognya lhoo. Kalau kamu nulis banyak nggak mimpi lagi buku dari blogmu bisa terbit heuheu 😀

        Like

      3. Waaahhh😍 bru tau del.
        Soalnya pertama tau ttg mas gun dri bca hujan matahari.. Baru deh kepoin tumblr nya.. Ooh berawal dri situ toh.. Kirain nulis bkin baru lagi.
        Amiin.. Smga bsa istiqomah nulis yg bermanfaat..
        Fadel juga yaaa. Ditunggu bukunya hehee😉

        Like

  4. Saya juga pernah kedatangan mas gun di univ. Yang paling berkesan dari beliau itu, pas dimintai tanda tangan selalu diberi kata mutiara sehingga terasa spesial (dan pas direnungkan memang spesial), kayak kamu hanya perlu menjadi orang yang benar untuk orang yang tepat di buku lautan langit. Nggak seperti penulis lain yang asal ketika menghadapi fans 😊

    Like

    1. Wah iya fir.. Kok bisa lupa nulis tentang ini ya.. Iya, Mas Gun nggak pernah kehabisan diksi indah sepertinya.. Buku teman saya yg perempuan dapat “jangan lelah menjaga kehormatan”. Tepat sasaran banget

      Liked by 1 person

      1. Ga nyesel beli bukunya on the spot plus minta ttd langsung bang 😀 malah waktu itu smpai minjem duit kakak tingkat hhehe dan btw mas gun ga mau diajak foto selfie. Ga tau kenapa

        Like

      2. Wah iya fir.. Kok bisa lupa lagi nulis tentang ini ya wkwk
        Mas Gun nggak mau foto berduaan dengan yang bukan muhrim fir. Kemarin sih kalo sama laki fine aja kalo berdua. Saya salah satunya hehe

        Liked by 1 person

Leave a comment